Selasa, 06 Desember 2011

mengapa pemikiran Karl Marx terutama mengenai kelas sosial masih dianggap relevan samapai sekarang?


Pemikiran Marx tentang ide-ide sosialis, perjuangan masyarakat kelas bawah, terutama disebabkan karena ia lahir di tengah pertumbuhan industri yang berbasis kapitalis. Perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan buruh dengan jam kerja yang sangat panjang setiap hari , yang sifatnya paten dan dengan upah yang sangat minim. Upah yang sangat minim yang diperoleh para buruh, bahkan hanya cukup membiayai makan sehari. Marx melihat kelas sosial yang tercipta berdasarkan hubungan kerja yang terbangun antara para pemilik modal dan buruh sangat bertentangan dengan prinsip keadilan. Kelas sosial paling bawah yang terdiri atas kelompok buruh dan budak, sering diistilahkan dengan kaum ploretar. Adanya kelas sosial yang menciptakan hubungan yang tidak seimbang tersebut, membawanya pada pemikiran ekstrem, penghapusan kelas sosial. Konsep Marx tentang lahirnya masyarakat tanpa kelas dinilai utopis. Hal ini terutama dihadapkan pada dimensi kodrati manusia yang lahir dengan kekhasan dan keberagaman dalam segala hal, termasuk dalam tinjauan kelas-kelas sosial. Namun, preperensi tersebut justru menjadi inspirasi bagi manusia untuk memaknai hidupnya sebagai sebuah perjuangan, perjuangan untuk memperbaiki nasib, untuk hidup yang lebih baik. Permasalahan tidak berhenti pada adanya kelas sosial, akan tetapi ide Marx yang humanis ingin menggugah kesadaran manusia tentang kehidupannya, tidak menyerah kepada nasib dan dogma agama sekalipun..[1]
Marx sering sekali berbicara tentang kelas sosial, tetapi Marx tidak pernah mendefiniskikan apa yang dimaksud dengan “kelas”. Pada umumnya definisi kelas mengikuti sebuah definisi Lenin yaitu kelas sosial dianggap sebagai golongan sosial dalam sebuah tatanan masyarakat yang ditentukan oleh posisi tertentu dalam proses produksi. Menurut Marx pelaku-pelaku utama perubahan sosial bukanlah pada individu-individu tertentu, melainkan kelas-kelas sosial. Karena itu kita hanya dapat memahami sejarah dengan segala perkembangan yang terjadi apabila kita memperhatiakan kelas-kelas sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Menurut Marx akan terlihat bahwa setiap masyarakat terdapat kelas-kelas yang berkuasa dan kelas-kelas yang dikuasai, atau disebut juga dengan kelas atas atau kelas bawah.
            Jadi, konsep kelas sosial berdasarkan teori Karl Marx dikaitkan dengan pemilikan alat produksi dan terkait pula dengan posisi seseorang dalam masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi Marx berpendapat bahwa stratifikasi timbul karena dalam masyarakat berkembang pembagian kerja yang memungkinkan perbedaan kekayaan, kekuasaan dan prestise yang jumlahnya sangat terbatas sehingga sejumlah besar anggota masyarakat bersaing dan bahkan terlibat dalam konflik untuk memilikinya. Anggota masyarakat yang tidak memiliki kekuasaan, kekayaan atau prestise berusaha memperolehnya, sedangkan anggota masyarakat yang memilikinya berusaha untuk mempertahankannya bahkan memperluasnya. Menurut Marx, kelas-kelas akan timbul apabila hubungan-hubungan produksi melibatkan suatu pembagian tenaga kerja yang beraneka ragam, yang memungkinkan terjadinya penumpukan surplus produksi, sehingga merupakan pola hubungan memeras terhadap massa para pemroduksi.[2]
Menurut Marx masyarakat kapitalis terdiri dari tiga kelas yaitu kaum buruh (mereka yang hidup dari upah), kaum pemilik modal (hidup dari laba), dan para tuan tanah. Pada kenyataannya kelas buruh melakukan pekerjaan, tetapi karena mereka sendiri tidak memiliki tempat dan sarana kerja, mereka terpaksa menjual tenaga kerja mereka kepada kelas pemilik itu. Dengan demikian hasil kerja dan kegiatan bekerja bukan lagi milik para pekerja itu sendiri, melainkan milik para majikan. Itulah dasar keterasingan dalam pekerjaan. Dengan demikian kelas pemilik adalah kelas yang kuat dan para pekerja adalah kelas yang lemah. Ciri khas masyarakat kapitalis adalah keterbagian dalam kelas atas dan kelas bawah. Karena itu, hubungan antara kelas atas dan bawah pada hakikatnya merupakan hubungan penghisapan atau eksploitasi atau hubungan kekuasaan yang satu berkuasa atas yang lainnya. Para pemilik dapat menetapkan syarat-syarat bagi mereka yang mau bekerja, dan bukan sebaliknya. Kaum buruh yang mati-matian mencari pekerajaan terpaksa menerima upah dan syarat-syarat kerja lain yang disodorkan oleh si kapitalis.[3]
Niat yang disampaikan Marx pada awal-awal saat mengemukakan pemikirannya tentang masyarakat tanpa kelas terdengar mulia. Ia berniat untuk membebaskan manusia dari pengaruh mekanisme kekuasaan yang terdapat dalam kegiatan produksi. Pengusaha, menurutnya, mengambil lebih banyak dari pada apa yang diberikannya kepada buruh. Sehingga semakin-hari ia makin kaya, dan si buruh makin miskin. Lalu Marx mengajukan idenya tentang komunisme lewat uraiannya dalam Das Kapital. Ia menyerukan adanya persamaan kelas dalam masyarakat, dengan katalain ia menganjurkan dibentuknya masyarakat tanpa kelas.
          Kritikan marx tersebut, lebih menitik beratkan terhadap sistem itu sendiri, dimana para penguasa membentuk stratifikasi sosial agar kekuasaan mereka tetap terjaga dengan utuh. Dan stimulus ini pun pemicu tumbuhnya kapitalisme, yakni para kerabat sang penguasa dapat menjalankan sebuah sistem kapitalisme di dalam suatu negara, dimana para kapitalis dapat mengaruk keuntungan dari kaum proletar /masyarakat kelas bawah (Karl Marx) dengan cara menyita waktu kebebasan mereka setiap harinya untuk bekerja di sebuah perusahaan miliknya.
Itu semua bertujuan agar para kapitalis dapat mengaruk keuntungan yang banyak dan menambah kekayaan mereka. sedangkan kaum proletar tidak bisa berbuat apa-apa atas apa yang terjadi, yang mereka kehendaki hanyalah sebatas upah yang tidak seberapa untuk menghidupi keluarga mereka. Dan akibat dari sitem kapitalisme ini yaitu, adanya kesenjangan sosial yang terjadi terutama di kalangan masyarakat Indonesia, terjadinya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Itu semua merupakan dampak dari kejamnya kapitalisme yang terjadi di Indonesia saat ini. Dan inilah yang dimaksud oleh Marx dari teorinya tersebut.  Ditinjau dari keadaan di Negara Indonesia, Indonesia merupakan negara demokrasi, dan menurut Marx negara demokrasi adalah negara kapitalis, karena negara dikontrol oleh logika ekonomi kapitalis yang mendiktekan bahwa kebanyakan keputusan politik harus menguntungkan kepentingan kapitalis. Dengan istilah bahwa negara yang “memerintah” tetapi para kapitalis-lah yang “mengaturnya”. Sehingga tetap saja yang diuntungkan adalah para Sang-kapitalis, sedangkan masyarakat Indonesia lainnya yang pada umumnya rata-rata merupakan kaum proletar tetap berada dalam genggaman kemiskinan akibat kapitalisme.[4]
Keinginan Marx untuk menciptakan kesetraan atau dunia tanpa kelas tidak akan mungkin terjadi karena sampai sekarang pun sistem kelas sosial masih terjadi. Tidak hanya dalam faktor produksi dan ekonomi saja, bahkan kelas-kelas sosial terbentuk pula dalam suatu kepercayaan atau kita sebut dengan agama. Salah satu agama yang menerapkan kelas-kelas sosial itu adalah agama Hindu, dalam agama hindu terdapat sistem kelas yang disebut dengan kasta. Dalam pembagian kasta ini mempunyai sejarah yang dipercayai oleh umat Hindu yaitu ketika bangsa Arya menetap di pinggir-pinggir sungai Indu, Gangga dan Brahmaputra, mereka dipaksa untuk membagi masyarakat mereka ke dalam empat kelompok yang berbeda berdasarkan atas pekerjan untuk memperlancar pembagian tugas atau fungsi dari masyarakat. Empat kelompok itu adalah Brahmana yaitu, kelompok pendeta bekerja di pura, belajar dan menyebarkan agama. Selanjutnya adalah Kshatriya yaitu kelompok prajurit untuk memerintah dan membela Negara. Waisya - kelompok pengusaha untuk menjadikan semua komoditas didistribusikan secara benar. Shudra  yaitu untuk membantu kelompok lain dalam tugas mereka masing-masing.
Sistem Kelas sosial ini masih dianggap sangat relevan sampai saat ini karena adanya sikap adaptif dari kelas kapitalis. Menurut Marx adaptasi kaum kapitalis terhadap kaum proletar salah satunya ditunjukan dengan adanya jaminan sosial. Jaminan sosial ini adalah salah satu cara agar kaum buruh tidak melakukan revolusi sosial. Selain itu kelas sosial yang terjadi saat ini karena belum adanya kesadaran kelas, kelas sosial juga dilanggengkan karena adanya hegemoni yaitu pengaruh yang secara tidak sadar masuk ke dalam diri sendiri. Sehingga kaum buruh secara tidak sadar telah dieksploitasi oleh kaum kapitalis dengan bekerja sesuai dengan syarat dan ketentuan yang telah ditentukan oleh pemilik modal dan mereka tidak melakukan perlawanan karena kaum kapitalis telah membenrikan suatu jaminan sosial terhadap mereka..


[1] http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/filsafat-umum/karl-marx
[2] http://zuryawanisvandiarzoebir.wordpress.com/tag/karl-marx/
[3] Magnis-suseno,Franz. Pemikiran Karl Marx, dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revolusionisme. Gramedia Pustaja Utama. Jakarta. 1999 (halaman 110-115)
[4] http://id.shvoong.com/law-and-politics/politics/1873934-kapitalisme-kemiskinan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar