Senin, 05 Desember 2011

Analisis film The Devil Wears Prada

PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Kebudayaan adalah seluruh sistem pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang digunakan sebagai modal untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya serta menjadi landasan atau model dari terwujudnya pola kelakuan. Kebudayaan merupakan suatu sistem symbol dari berbagai makna. Kebudayaan adalah sesuatu yang membuat kita bisa memahami dan memberikan makna hidup dan mengacu pada suatu pola dan makna-makna yang diwujudkan secara simbol-simbol yang diturunkan secara historis, sebagai suatu sistem gagasan-gagasan yang diwarisi dan diungkapkan dalam bentuk simbolik. Dengan symbol itu manusia menyampaikan, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan mereka mengenai kehidupan. Kebudayaan berisi pedoman, kaidah dan nilai-nilai yang pada dasarnya merupakan sebuah model pengetahuan manusia.
Kebudayaan secara spesifik memiliki pengertian sebagai sikap, nilai, kepercayaan, orientasi, dan asumsi-asumsi yang lazim terdapat dalam sebuah masyarakat, sedangkan nilai budaya merupakan suatu gambaran ideal dari bagaimana tiap anggota masyarakat seharusnya berprilaku baik dalam konsep maupun dalam tindakannya. Gambaran itu mengungkapkan visi mengenai kehidupan yang baik yang telah dicapai oleh masyarakat yang bersangkutan. Suatu nilai adalah sesuatu yang ideal atau paradigma yang menyatakan realita social yang diinginkan. Oleh karena itu, nilai berfungsi sebagai alat tolak ukur untuk menentukan mutu perilaku seseorang dalam masyarakatnya.  Konsep nilai itu kemudian keyakinan, pedoman, serta prinsip yang mendasari berbagai tindakan mereka. Konsep nilai tersebut diwujudkan secara formal seperti dalam bentuk konstitusi maupun yang tidak formal seperti yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari[1]
Film yang merupakan salah satu cabang seni adalah hasil dari produk budaya dan sudah menjadi bagian dari masa kehidupan modern, sehingga tidak dapat dielakkan dan harus diterima. Sedangkan film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, eletronik, dan atau lainnya.[2] Film sebagai suatu bagian dalam seni sarat akan nilai – nilai kebudayaan. Film sendiri kini sudah menjadi bagian dari kehidupan modern. Sehingga sesuatu yang tidak bisa lepas kehadirannya dalam mempengaruhi kehidupan manusia. Dalam suatu film ada kegiatan komunikasi antara komunikator dengan komunikan. Dialog yang diucapkan sesama pemain menciptakan sebuah bentuk komunikasi. Komunikasi ini kemudian disiarkan ke masyarakat dalam bentuk adegan yang memiliki alur cerita untuk di nikmati penontonnya. Komunikasi yang ditujukan kepada orang atau kelompok merupakan sebuah proses pertukaran kebudayaan. Dalam proses tersebut mengandung unsur-unsur kebudayaan, salah satunya bahasa yang terkandung di dalam suatu film. Maka bahasa di dalam film dapat dikategorikan sebagai bagian dari kebudayaan.[3]
Film dapat dipahami sebagai representasi budaya. Film digunakan sebagai cerminan untuk mengaca atau untuk melihat bagaimana budaya bekerja atau hidup di dalam suatu masyarakat. Menurut Stuart Hall (1997), representasi adalah salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut ‘pengalaman berbagi’. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada disitu membagi pengalaman yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam ‘bahasa’ yang sama, dan saling berbagi konsep-konsep yang sama.[4] Dalam pembicaraan kita, representasi merujuk kepada konstuksi segala bentuk media (terutama media massa) terhadap segala aspek realitas atau kenyataan, seperti masyarakat, objek, peristiwa, hingga identitas budaya. Representasi ini bisa berbentuk kata-kata atau tulisan bahkan juga dapat dilihat dalam bentuk gambar bergerak atau film/ Representasi tidak hanya melibatkan bagaimana identitas budaya disajikan (atau lebih tepatnya dikonstruksikan) di dalam sebuah teks tapi juga dikonstruksikan di dalam proses produksi dan resepsi oleh masyakarat yang mengkonsumsi nilai-nilai budaya yang direpresentasikan tadi.[5]
Film dapat menjangkau massa yang luas, film dapat berperan pada kehidupan kita sehari-hari dan film juga dapat mempengaruhi pikiran dan perilaku penontonnya, hal tersebut dapat dilihat melalui cara berpakaian, cara bicara, dialog, bahkan membeli apa yang dikonsumsi aktor dan aktris dalam film tersebut.[6] Berkembangnya film di Hollywood dan pendistibusian kepada masyarakat Internasional menjadikan film sebagai media yang kuat dalam mempengaruhi konsumen. Pengertian penempatan produk menurut Weisberg adalah penempatan produk atau nama produk ke dalam bagian dari adengan film atau menjadikan bagian tersebut sebagai property dalam film.[7]
Fenomena Film “The Devil Wears Prada” yang mengangkat tentang kehidupan dimana seseorang harus bekerja keras untuk mendapatkan apa yang dia inginkan dan mempertahankan posisinya agar tidak dapat disaingi oleh pesaing yang lain. Dalam film ini juga menunjukan adanya eksploitasi yang dialami pekerja serta konflik yang muncul karena teralienasi dari lingkungan social antara individu dengan teman-temannya maupun dengan pasangan hidupnya karena pekerjaan yang sedang dijalani menuntutnya untuk melakukan hal tersebut. Saya mengangkat Film ini karena Film ini tidak hanya menyajikan realita kehidupan masyarakat Amerika dalam cara mereka bekerja dan berbisnis yang ditunjukan melalui kerja keras, kapitalisme, dan persaingan bebas. Tetapi disisi lain film ini juga dapat memberikan pengaruh bagi para penontonnya terutama pada remaja melalui cara berpakaian dan penggunaan merek-merek ternama sebagai kontruksi gaya modern masa kini. Sehingga dalam hal ini budaya yang terdapat dalam film tersebut yang dijalankan oleh masyarakat Amerika juga dapat berdifusi ke dalam kehidupan remaja di Indonesia melalui cara berpenampilan atau berpakaian yang stylish[8] yang ditunjukan dalam film tersebut.

1.2 Perumusan Masalah
Modernisme adalah pikiran, aliran, gerakan-gerakan dan usaha untuk merubah faham-faham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Sedangkan modernisasi merupakan salah satu ciri dari peradaban maju. [9] Amerika dicirikan sebagai masyarakat yang dinamis, kuat dan modern sehingga setiap produk-produk yang dihasilkan oleh Amerika dapat menjadi target utama bagi masyarakat di seluruh dunia. Hal ini ditunjukan oleh film “The Devil Wears Prada” dimana majalah fashion yang terkenal di Amerika terus menciptakan model berpakaian dengan merk-merk terkenal untuk dikonsumsi oleh masyarakat dunia dan jika seseorang memakai salah satu bagian darinya akan mempunyai prestige tersendiri bagi dirinya.  Orang-orang di seluruh dunia mencirikan diri dengan produk-produk kebudayaan popular yang dihasilkan Amerika. Mereka merasa bangga jika dapat mengidentikan dirinya dengan image Amerika yang maju, dinamis, kuat dan modern[10] yang dapat mereka dapatkan melalui produk-produk kebudayaan popular amerika seperti cara berpakaian, model sepatu atau merek-merek yang ternama yang ditonjolkan dalam film tersebut dan bahkan pilihan pekerjaan yang dikonstruksikan sebagai pekerjaan idaman bagi setiap wanita.
Produk-produk kebudayaan Amerika itu dapat diperkenalkan melalui Film dimana film merupakan sebuah proses sejarah atau proses budaya suatu masyarakat yang disajikan dalam bentuk gambar hidup. Informasi yang tersaji dalam sebuah film memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat. Melalui film masyarakat dapat melihat secara nyata apa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat tertentu pada masa tertentu. [11]Melalui film kita tidak hanya dapat melihat gaya bahasa atau mode pakaian masyarakat, tapi juga dapat menyimak bagaimana pola pikir dan tatanan sosial masyarakat pada era dan tempat tertentu.
Hal ini menjadikan Film sebagai agen sosialisasi yang baik yang dapat digunakan untuk mentransfer kebudayaan baik dari sisi positif maupun negatif bagi setiap penontonnya. Melalui Film kebudayaan bangsa tertentu dapat masuk ke dalam kebudayaan bangsa lain sehingga mungkin saja terjadi difusi ataupun akulturasi. Dalam makalah ini saya ingin mengkaji bagaimana tatanan kehidupan dan kebudayaan yang ada dalam Film The Devil Wears Prada dengan menggunakan alur berpikir secara sosiologis dan bagaimana implikasi dari Film The Devil Wears Prada mempengaruhi para penontonnya. Dalam kasus film sebagai representasi budaya, film tidak hanya mengkonstruksikan nilai-nilai budaya tertentu di dalam dirinya sendiri, tapi juga tentang bagaimana nilai-nilai tadi diproduksi dan bagaimana nilai itu dikonsumsi oleh masyarakat yang menyaksikan film tersebut. Jadi ada semacam proses pertukaran kode-kode kebudayaan dalam tindakan menonton film sebagai representasi budaya.

1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tatanan kehidupan masyarakat yang ditampilkan menggunakan alur berpikir secara sosiologis dan pengaruh film The Devil Wears Prada terhadap para penontonnya.

BAB II

2.1 Review Film “The Devil Wears Prada”
Pemeran utama pada film ini adalah Andy Sachs atau dipanggil dengan Andrea yang diperankan oleh Anne Hathway yaitu seorang jurnalis lulusan Northwestern University yang bercita-cita mendapat pekerjaan yang diimpikan oleh setiap para gadis dan melamar menjadi junior personal assistant dari Miranda Priestly (Maryl Streep) yaitu seorang pemimpin dari majalah fashion nomor satu di Amerika yaitu Runway. Jutaan gadis New York yang rela mati untuk mendapatkan pekerjaan tersebut karena dengan pekerjaan tersebut mereka dapat memakai pakaian yang mewah dan bermerek, bertemu dengan perancang busana ternama bahkan datang ke acara-acara ternama. Pada awalnya Andy sendiri tidak tahu jika Runaway merupakan majalah Fashion yang paling diperhitungkan dan memiliki bos yang paling kejam yaitu Miranda Priestly yang selalu ingin menjadikan Runaway sebagai majalah panduan bagi seluruh pencinta dan pekerja fashion serta melahirkan artis-artis ternama. Bahkan persetujuan dari Miranda adalah sesuatu yg mutlak diperlukan oleh para desainer untuk mengetahui sukses tidakknya koleksi mereka
Miranda pada awalnya tidak yakin dengan Andy yang sangat tidak modis, sedikit gemuk, dan bahkan sama sekali tidak tahu tentang Runaway dan mengenai fashion. Ketika dia mewawancarainya, Andy mengakui keadaan tersebut dan mencoba meyakinkan Miranda bahwa dia dapat mempelajari semuanya dengan cepat, hingga akhirnya Miranda menerimanya. Andy pun diterima bekerja pada majalah Runway dan pada awalnya dia mengalami tekanan karena tempat kerja barunya semua karyawannya modis dan trendy, sedangkan Andy berpenampilan sangat sederhana. Terlebih lagi Andy  tidak dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan di mata bos-nya yaitu Miranda, Andy selalu tidak dapat melakukan sesuatu dengan benar atau tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Dia mulai merasakan kekejaman demi kekejaman yang diberikan oleh Miranda, seperti ketika pekerjaannya selesai, Miranda tidak pernah mengucapkan terima kasih, ketika dia melakukan kesalahan, dengan santai dan kejamnya Miranda mencaci makinya dengan kata-kata yang lembut dan arogan.
Emily Charlton (Emily Blunt) yang merupakan personal assistant Miranda juga tetapi Emily lebih senior dan Emily adalah salah satu orang kepercayaan Miranda karena Emily selalu dengan cepat melakukan tugas yang Miranda perintahkan. Emily menjadi salah seorang pegawai special untuk Miranda, sedangkan Andy hanya dipandang sebelah mata sehingga pekerjaan yang diperintahkan kepada Andy lebih kepada urusan yang tidak penting seperti merapikan mantel Miranda, menyiapkan dan membelikan Miranda makanan atau minuman, mulai harus membeli kopi di Starbucks sampai harus mengambil baju dan rok milik Calvin Klein dengan waktu yang terbatas. Sedangkan Emily selalu mendapatkan pekerjaan utama seperti rencana Miranda untuk meminta Emily menemaninya ke fashion show di Paris. Tetapi, Emily selalu menyindir dengan sinis gaya berpakaian Andy yang dianggapnya “kuno” dan tidak sesuai dengan pekerjaan yang dia lakukan yaitu bekerja di majalah fashion yang tekenal, Andy dianggap tidak se-level dengan Emily dan Emily merasa bahwa Andy tidak akan bertahan lama bekerja di kantor majalah Runaway. Tetapi Andy mempunyai cara untuk dapat bertahan dalam pekerjaannya. Andy meminta bantuan kepada Nigel (Stanley Tucci) yaitu seorang art director Runaway untuk mengubah penampilannya. Andy mendapatkan banyak free designer clothing dan accessories dari Nigel dengan segala merek terkenal yang ia gunakan sehari-hari. Nigel benar-benar mengubah Andy yang kuno menjadi Andy yang berpenampilan gaya dan menarik.
Pagi harinya Miranda dan Emily melihat perubahaan Andy dari mulai gaya rambut, pakaian sampai cara Andy bekerja. Pacar dan teman-teman Andy pun sangat terkejut atas perubahan yang Andy lakukan. Orang-orang disekitar Andy mulai memuji perubahan yang dia lakukan dan hal itu membuat Andy semakin percaya diri. Pekerjaan yang dilakukan Andy semakin lama semakin baik, Andy sudah mulai cepat tanggap dengan segala perintah yang diberikan oleh Miranda. Miranda pun mulai menyukai Andy dan melupakan Emily. Puncaknya ketika pekerjaan yang biasanya dilakukan Andy (menyimpan tas dan mantel milik Miranda, membawakan Miranda kopi, dan mengambil barang-barang ini dan itu yang diminta Miranda) sekarang dilakukan oleh Emily. Semula yang akan diajak ke Paris oleh Miranda untuk menghadiri fall fashion shows adalah Emily berubah menjadi Andy. Posisi Andy dan Emily menjadi terbalik karena Andy selalu dapat mengerjakan sesuatu sesuai dengan keinginan Miranda dengan cepat walaupun harus mengorbankan waktu kehidupan pribadinya sendiri. Awalnya pada saat Andy diajak untuk pergi ke Paris menghadri acara Fashion show Andy ingin menolak karena dia tahu betul bahwa Emily sangat menginginkan pergi ke Paris bersama Miranda sejak berbulan-bulan lalu. Emily sampai diet ketat agar bisa memakai gaun-gaun mewah ke Paris. Belum sempat Andy memberi tahu tentang kabar itu, Emily mendapatkan musibah. Ia mengalami kecelakaan, kakinya harus di gips dan wajahnya penuh luka dan Emily sangat kecewa. Konsekuensi dari keberhasilan yang ia dapatkan dalam pekerjaan  ini adalah bahwa ia mulai teralienasi dengan lingkungan di sekitarnya, ia hanya focus kepada pekerjaan yang hampir menyita seluruh waktunya untuk melayani Miranda. Pada akhirnya ia mulai kehilangan waktu dengan para sahabatnya, pacar, maupun dengan ayahnya.
Disisi lain Film ini juga menghadirkan persaingan dalam dunia fashion dimana Mirinda mempunyai pesaing yang ingin berbuat licik kepadanya agar majalah fashion nomor satu di Amerika tersebut mengalami pergesaran dan agar majalah tersebut tidak lagi menjadi majalah utama bagi para designer.
Ending dari film ini, Andrea memutuskan untuk keluar dari Runway dan memberikan semua baju-bajunya yang dipakainya di Paris kepada Emily karena ia sadar bahwa dia sudah menyianyiakan waktu bersama teman-teman, pacar dan kehidupan pribadinya hanya untuk mendapatkan pekerjaan ini dan Andy akhirnya bekerja di tempat yang baru sesuai dengan hobby-nya yaitu menulis.

2.2 Analisis Permasalahan
2.2.1 Analisis Film The Devil Wears Prada
            Dari review film diatas kita dapat melihat bahwa terdapat budaya yang bersifat fungsional dalam kehidupan manusia yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mendasar seperti kebutuhan primer dan kebutuhan social. Kebudayaan yang terintegrasi tersebut terpusat pada kebutuhan untuk mengetahui mana yang baik dan buruk, yang cantik dan yang jelek dsb. Hal ini biasanya dinamakan nilai-nilai budaya karena isinya adalah nilai-nilai, patokan penilaian, pedoman untuk menilai menurut kebudayaan yang bersangkutan. Dalam contoh kasus film tersebut menunjukan bahwa seseorang dapat bertahan dalam suatu hal apabila dia mengikuti kebudayaan yang ada di lingkungan tersebut. Artinya, ketika Andy ingin bertahan dengan pekerjaannya sebagai assistant personal Miranda yaitu bos dari majalah fashion ternama di Amerika, dia harus mengikuti kebudayaan yang ada di tempat kerjanya. Contohnya adalah menggunakan pakaian-pakaian yang bergaya pada masanya, mengikuti cara bekerja orang-orang disekelilingnya dan mengetahui bagaimana cara untuk mendapatkan tujuannya tersebut. Cara-cara tersebut digunakan untuk seseorang agar mendapatkan posisi dalam lingkungannya atau agar dia tidak tereksklusikan dari pekerjaannya.
Amerika adalah sebuah masyarakat yang heterogen dan majemuk. Nilai budaya yang ditekankan adalah kerja, prestasi kerja, keberhasilan kerja dan produktivitas dimana masing-masing pihak berusaha memperoleh sebanyak-banyaknya dari pihak lain.[12] Hal ini ditunjukan pula dalam film ini dimana budaya Amerilka tersebut sangat ditonjolkan melalui peran yang dimainkan oleh Miranda yaitu pemimpin dari majalah Fashion nomor satu di Amerika. Dia memiliki sifat yang pekerja keras dimana hasil dari pekerjaan yang dia ciptakan harus sempurna, karena hal tersebut berdampak pada tujuan utamanya yaitu ingin menjadikan Runaway sebagai majalah panduan bagi seluruh pencinta dan pekerja fashion. Sehingga hal tersebut menuntutnya untuk selalu mengikuti mode perkembangan jaman dan melihat kesempatan yang ada. Hal tersebut membuatnya menjadi pemimpin majalah fashion yang tak terkalahkan. Terlebih lagi dengan jiwa Miranda yang selalu ingin tampil sempurna maka berpengaruh juga kepada para pegawainya yang senantiasa untuk memberikan yang terbaik bagi pemimpinnya dimana tata ruangan, makanan, minuman, cara pegawainya bekerja, berpenampilan dan berpakaian harus selalu sempurna dan jika tidak maka akan dipandang sebagai sesuatu yang aneh dan tidak layak berada dalam perusahaan tersebut. Begitu pula yang dialami oleh Andy pada saat dia bekerja di perusahaan tersebut.
            Dari Film ini pula kita dapat melihat perilaku kapitalisme yang ada di Amerika. Kapitalisme berasal dari pemikiran bahwa setiap orang memiliki hak yang sama untuk mencari kemakmuran. Kapitalisme ditandai dengan hubungan antara pekerja-pekerja bebas dan pemilik alat-alat produksi, dimana pekerja dijadikan modal sebagai alat eksploitasi kerja untuk menciptakan laba yang sebanyak-banyaknya. Dalam film The Devil Wears Prada menunjukan bahwa eksploitasi terjadi ketika seorang pemimpin perusahaan menuntut untuk bekerja secara cepat dan sempurna, hal ini dikarenakan waktu yang ada harus digunakan secara produktif untuk menghasilkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Untuk bertahan dalam suatu posisi  dalam pekerjaan tersebut seseorang harus rela untuk menyerahkan waktu pribadinya dan teralienasi dari lingkungan sosialnya agar mendapatkan keuntungan yang akan diberikan oleh pemimpin perusahaan ketika orang tersebut bekerja dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal tesebut terjadi pada Andy ketika karirnya sudah mulai meningkat tetapi konsekuensi dari pencapaian karirnya tersebut adalah kehilangan waktu untuk dirinya sendiri maupun orang-orang disekitarnya, yang diprioritaskan adalah kepentingan Miranda dan bagaimana cara untuk menyenangkan Miranda walaupun hal tersebut diluar tugas utama Miranda sebagai personal assistan Miranda. Seperti dalam film ini dicontohkan ketika Miranda menginginkan Andy untuk mendapatkan naskah Harry Potter yang belum diterbitkan untuk anak-anaknya dan dengan cara apapun Andy akan berusaha mendapatkan naskah tersebut agar posisinya dalam perusahaan tidak terancam atau ketika Andy sedang makan malam bersama dengan Ayahnya dan Miranda menghubungi Andy, ia harus segera siap menjalankan perintah Miranda dan meninggalkan makan malam bersama ayahnya. Hal ini terlihat dengan jelas bahwa pekerja dijadikan modal utama untuk dieksploitasi dan hal tersebut mengakibatkan alienasi bagi dirinya maupun orang-orang terdekatya. Para kapitalisme akan menjanjikan suatu reward jika pekerja melakukan tugasnya dengan baik walaupun reward tersebut tidak sebanding dengan perjuangannya. Menurut Max Weber, kapitalisme mendorong berkembangnya naluri manusia untuk meningkatkan kekuasaan dan kekayaan yang kemudian melahirkan inisiatif untuk mewujudkan naluri melalui nilai-nilai konstruktif. Missal, investasi, kerja keras dan hemat.
            Adam smith melihat hubungan yang sederhana diantara orang-orang sebagai produsen dan pekerja yang satu sama lain terjadi ketergantungan, dan ukuran riel dari suatu komoditas adalah kualitas kerja yang ada pada barang-barang lain yang dapat dipertukarkan di pasar. [13] Hubungan ketergantungan antara pemilik modal (kapitalis) dan pekerja terlihat dalam film ini dimana pemilik modal yaitu Miranda membutuhkan pekerja untuk membantunya memajukan perusahaan dan tetap menjadikan Runaway sebagai majalah fashion nomor satu di Amerika. Miranda membutuhkan kedua personal assistantnya baik Emily maupun Miranda sebagai pendukung atas tugas yang ada pada perusahaan. Miranda tidak dapat bekerja sendiri tanpa bantuan Emily dan Andy dimana Miranda membutuhkan mereka untuk membawakan pakaian-pakaian dari perancag ternama untu dijadikan sebagai model dalam majalah tersebut, Miranda juga membutuhkan mereka untuk mencatat seluruh jadwal kegiatan dan pertemuan, bahkan Miranda juga membutuhkan mereka untuk tugas-tugas pribadinya seperti membawakan makanan dan minuman, menata tempat kerjanya, merapikan mantel dan tasnya. Selain itu pekerja juga membutuhkan pemimpin perusahaan untuk mendapatkan keuntungan seperti dalam film ini dimana kedua personal assistant pribadi Miranda bekerja dengan baik agar dapat menemani Miranda untuk datang ke acara fashion show yang diadakan di Paris dimana mereka akan bertemu dengan perancang ternama, berjalan di red carpet, dan memakai pakaian yang mewah-mewash. Semua prestige tersebut akan mereka dapatkan jika mereka dapat bekerja sesuai dengan keingin pemimpin tersebut.
            Menurut Max Weber , agama protestan mempunyai peranan yang penting dalam menumbuhkembangkan kapitalisme, dimana etika protestan mengajarkan manusia untuk bekerja keras agar mencapai kekayaan dan kemakmuran sebagai bagian dari berkat Tuhan, dimana kesempatan selalu terbuka bagi mereka yang bekerja keras.[14] Amerika dalam hal keberagaman penganut agama, yaitu sebagai contoh agama Kristen sebanyak 78,5 % yang terdiri dari Kristen Protestan 51.3 %, Kristen Katolik, 23.9 %, Mormon 1.7 %, Orthodox 0.6 % dan lainnya sebanyak 1 %. Disamping Kristen, agama lainnya yaitu Yahudi 1.7 %, Islam 0.6 %, Buddhists 0.7 %, Hindu 0.4 %, dan lainnya sebanyak 6 %.[15] Hal ini menunjukan bahwa protestan adalah agama yang mendominasi di Amerika begitupun kebudayaan Amerika yang dianggap sebagai sentral dimana semua bangsa mengakui bahwa Amerika merupakan pusat dari semua ilmu pengetahuan, teknologi, maupun kebudayaan modern. Dengan dominasi agama Protestan di Amerika meunjukan bahwa mereka mempunyai kepercayaan dimana setiap orang harus bekerja keras untuk mencapai kemakmuran karena kemakmuran merupakan berkat dari Tuhan dan harus dicapai dengan kerja keras dan usaha yang maksimal. Sebagai akibatnya, Amerika dicirikan dengan kebudayaan maju, kuat, modern, dan pekerja keras, representasi budaya tersebut mempengaruhi keseluruhan masyarakat Amerika dan warga penjuru dunia lainnya. Kapitalisme menuntut adanya naluri untuk selalu meningkatkan kekayaan maupun kekuasaan melalui kerja keras, meningkatkan prestasi, melakukan perhitungan yang matang terutama dalam hal berbisnis dan selalu berhemat serta disiplin yang tinggi, telah menumbuhkan kebebasan individu dan pandangan bahwa kerja keras merupakan panggilan Tuhan.
            Sedangkan Focault melihat bagaimana orang-orang mengatur dirinya dan orang lain memproduksi kekuasaan. Diantaranya ia melihat pengetahuan membangun kekuasaan dengan menjadikan orang sebagai subjek dan selanjutnya mengatur subjek dengan pengetahuan. Adanya hubungan structural antara pengetahuan dan kekuasaan[16] Hubungan structural tersebut terlihat dimana pengetahuan yang lebih akan suatu bidang tertentu dapat membawa seseorang menuju level yang tinggi dan berpengaruh. Miranda adalah seseorang yang memiliki rasa dan pengetahuan tentang fashion dan memimpin suatu perusahaan majalah, jika dilihat banyak pemimpin perusahaan majalah fashion di luar Runaway, tetapi mengapa Runaway menjadi yang terbaik di Amerika dan masyarakat Amerika mengikuti tren dari apa yang diciptakan oleh Runaway. Hal tersebut terjadi karena Miranda mempunyai pengetahuan dan rasa yang tinggi terhadap fashion, dia melihat setiap perubahan jaman dan menggunakan pengetahuannya tersebut dengan menciptakan mode dalam majalah. Dengan pengetahuannya maka ia menjadi salah satu orang yang berpengaruh terhadap fashion di Amerika dan menjadikan konsumennya sebagai subjek atas pengetahuan yang diciptakan. Sehingga produk yang diciptakan oleh Miranda menjadi kebudayaan popular di Amerika bahkan mendunia.
            Kapitalisme telah menjadi sistem social, ekonomi dan politik dari masyarakat Amerika dan telah melahirkan sistem ekonomi pasar bebas yang artinya bahwa kehidupan perekonomian berlangsung transparan dan adil artinya setiap individu dan pelaku bisnis dapat berusaha secara bebas melalui persaingan yang sehat, sementara peran pemerintah hanya sebagai fasilitator atau lembaga yang memelihara ketertiban hukum, agar para pebisnis dalam menjalankan bisnisnya tidak keluar dari koridor yang ada. Kapitalisme di Amerika dan kelangsungan hidupnya sangat tergantung pada konsumen yang mendukungnya yang merupakan pembeli yang potensial dan merupakan bagian yang sangat penting, sedangkan periklanan merupakan industri yang menopang kapitalisme yang mempengaruhi masyarakat dari berbagai sisi seperti televisi, radio, bill boards, majalah dan berbagai media yang lainnya untuk memperngaruhi masyarakat dalam pembentukan citra mengenai fashion. Iklan berisi suatu imajinasi yang bersifat tidak nyata dan merupakan suatu mimpi yang selalu terus menerus dipelihara agar kapitalisme tidak kehilangan pilarnya.[17] Budaya kapitalisme tersebut juga tergambar dan terwakili melalui film ini dimana dengan suatu media massa yaitu majalah dapat mempengaruhi seseorang dalam pekerjaannya. Dalam film ini dicontohkan ketika Miranda yaitu pemimpin majalah fashion ternama memberikan komentar terhadap suatu rancangan busana, ketika komentar yang diberikannya baik maka produk tersebut dianggap berkualitas dan ketika komentarnya buruk maka produk tersebut dianggap gagal. Hal ini terjadi karena Runaway merupakan majalah nomor ssatu di Amerika sehingga memiliki massa atau konsumen yang memprhatikan setiap fashion yang ada dalam majalah tersebut. Maka secara tidak langsung pemimpin dari perusahaan tersebut mewakili sekian banyak masyarakat dalam menilai atau membentuk citra mengenai fashion. Tidak mengherankan jika dalam film inipun terjadi persaingan bisnis antara Miranda dan salah satu pegawai andalannya yang mempunyai niat lain yaitu menggeser kedudukan majalah Runaway sebagai majalah ternama.
     Kebudayaan popular atau dalam kasus di film ini adalah fashion merupakan suatu image yang dibentuk melalui 3 sistem yaitu : Pertama adalahsystem produksi, dimana para perancang membuat rancangan yang sebaik dan seunik-uniknya yang sesuai dengan mode yang ada pada masa tersebut. Kedua, system distribusi dimana system distribusi ini dapat disalurkan melalui pasar yaitu jika dikaji dalam kasus di film ini maka system distribusi dapat dicontohkan dengan majalah Runaway itu sendiri, dimana majalah tersebut akan menampilkan gaya busana perancang ternama dengan menggunakan model yang dikonstruksikan sebagai wanita ideal untuk memakai busana tersebut, karena dengan adanya wanita ideal memakai pakaian yang bergaya maka diharapkan akan membentuk opini masyarakat bahwa busana tersebut sangat indah dan sangat cocok untuk dikenakan bagi konsumen. Majalah Runaway yang berisi suatu imajinasi tentang fashion dan merupakan suatu mimpi bagi konsumen untuk meniru seperti apa yang ada dalam majalah tersebut agar dianggap sebagai masyarakat yang selalu mengikuti perkembangan jaman tentang fashion merupakan suatu mimpi yang selalu terus menerus dipelihara agar kapitalisme tidak kehilangan kekuatannya. Ketiga, adalah penemuan masyarakat, maksud dari penemuan masyarakat adalah bagaimana masyarakat melihat produk tersebut sehingga produk yang dihasilkan menjadi sesuatu yang popular dan memiliki nilai-nilai atau konstruksi yang dianut oleh sebagian masyarakat sehingga menjadi sesuatu yang universal. Mengkaji film The Devil Wears Prada bahwa dengan distribusi melalui majalah Runaway yang memiliki tingkat penggemar yang tinggi yang akhirnya menjadikan majalah itu sebagai majalah nomor satu di Amerika merupakan system distribusi yang paling tepat untuk produk tersebut dapat ditemukan di masyarakat. Jadi kebudayaan popular merupakan hasil kerja produktif sekelompok orang yang saling mendukung. Kebudayaan popular mempunyai implikasi popularitas, tetapi sebenarnya popularitas itu mempunyai arti yang lebih dimana tetapi tidak hanya membeli produk tersebut tetapi juga membeli nilai-nilai budaya Amerika dan image Amerika yang melekat pada produk tersebut. Dengan menyebarnya produk-produk kebudayaan popular di Amerika ke seluruh penjuru dunia mempunyai dampak yaitu masyarakat dunia merasa memiliki keseragaman di dalam selera mereka terhadap produk-produk kebudayaan popular di Amerika. Dengan bersama-sama menyukai produk kebudayaan popular Amerika, mereka bersama-sama melihat nilai-nilai budaya masyarakat Amerika yang ada dalam produk tersebut yaitu maju, praktis, dinamis, kuat, dan modern.[18]


2.2.2 Analisis implikasi dari film The Devil Wears Prada terhadap perilaku fashion remaja
          Sebagian besar remaja menurut surevi yang dilakukan oleh majalah SWA (Desember 2000) menunjukan bahwa mereka meluangkan waktunya untuk menggunakan media massa. Alasan yang mereka kemukakan dengan memanfaatkan media massa yang ada maka remaja mendapatkan cara bagaimana bersikap dan berprilaku. Remaja cendrung menjadikan media massa sebagai acuan untuk memenuhi keinginan mereka seperti tentang pengetahuan, fashion, hobby, trend. Selain itu hasil survei surindo tentang gaya hidup remaja Indonesia memperlihatkan bahwa 60.99% remaja sangat mengikuti trend. Budaya visual yang menjadi bagian dari kehidupan manusia terutama remaja. Berbagai bentuk dan jenis diserap oleh indra penglihatan, setiap sesuatu yang terlihat akan memiliki suatu makna yang berkembang.[19]
            Fashion adalah salah satu yang menonjol di kalangan remaja,banyak para remaja yang mengikuti gaya barat, karena gaya barat dianggap sebagai sesuatu yang modern dan menjadi kiblat dari gaya fashion sekarang. Informasi tersebut dapat diakses oleh remaja melalui tayangan film. Terdapat kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya perpakaian minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang sudah masuk ke dalam masyarakat Indonesia terutama remaja wanita.
            Dalam Film The Devil Wears Prada yang menampilkan wanita-wanita yang menggunakan pakaian yang sangat indah dan bergaya dengan merek-merek utama serta menjadikan majalah fashion sebagai panutan dalam memilih gaya berpakaian juga dialami oleh remaja putri di Indonesia. Film tersebut menginformasikan bahwa seseorang akan mempunyai nilai yang lebih apabila dia dapat bersolek dan menggunakan pakaian yang stylish dan mendapatkan nilai yang lebih lagi apabila barang-barang yang digunakan memiliki merek ternama. Hal ini akan menjadi prestige tersendiri bagi remaja di kalangan peer groupnya dan dianggap sebagai seseorang yang mengikuti perkembangan mode. Selain itu dalam film tersebut mengisyaratkan jika seseorang memerlukan bantuan bagaimana ia harus tampil dan pakaian apa yang akan dikenakan, mereka dapat membeli majalah fashion yang akan memberikan saran kepada seseorang bagaimana caranya agar berpenampilan menarik. Fakta yang ada sekarang ini menyatakan bahwa memang benar remaja putrid selalu ingin berpenampilan menarik dan majalah fashion membawakan solusi bagi permaslahan remaja dalam hal berpenampilan. Peradaban Barat dengan modernismenya, yang melahirkan dominasi yang kuat terhadap perkembangan jaman.
            Gaya hidup yang ditawarkan dalam film tersebut bagi remaja maupun dalam adalah gaya hidup hedonis sebagai remaja kota besar yang tertular dari gaya hidup Barat dan untuk menunjang gaya hidup itu, remaja didorong untuk mengkonsumsi barang-barang dengan merek-merek mancanegara yang harganya tidak murah. Mereka diajarkan untuk mengikuti perkembangan mode dunia, mulai dari fashion sampai gaya rambut. Media massa tidak hanya memiliki Dampak langsung terhadap individu, tetapi juga mempengaruhi kebudayaan dan pengetahuan kolektif serta nilai-nilai di dalam masyarakat. Media massa menghadirkan perangkat citra, gagasan dan evaluasi yang menjadi sumber bagi penggunanya untuk memilih dan menjadikan acuan bagi pelakunya. Kecenderungan bereksperimen (coba-coba) bagi remaja juga cukup tinggi, karena memang remaja belum mempunyai pola atau konsep yang mantap tentang masa depannya. Semua yang baru ingin dicobanya. Kecenderungan ini lebih kuat lagi karena keadaan emosinya yang masih labil. Tidak heran apabila remaja melakukan imitasi terhadap film yang ditontonya, dimana mereka ingin mengkonstruksikan diri mereka sebagai seorang yang stylish sesuai dalam film tersebut.



BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
          Kebudayaan secara spesifik memiliki pengertian sebagai sikap, nilai, kepercayaan, orientasi, dan asumsi-asumsi yang lazim terdapat dalam sebuah masyarakat, sedangkan nilai budaya merupakan suatu gambaran ideal dari bagaimana tiap anggota masyarakat seharusnya berprilaku baik dalam konsep maupun dalam tindakannya. Kebudayaan juga dapat direpresentasikan melalui film dimana film itu berasal dapat merepresentasikan kebudayaan atau pola-pola kehidupan masyarakatnya, dan melalui film juga kebudayaan tersebut dapat berdifusi ke berbagai lapisan masyarakat di seluruh penjuru dunia.
Melalui Film The Devil Wears Prada kita dapat mengkaji bagaimana kebudayaan di Amerika melalui cara mereka bekerja, cara mereka dapar bertahan dalam suatu situasi melalui kerja keras dan kapitalisme yang terjadi di Amerika. Melalui Film tersebut yang sudah diproduksi ke berbagai negara maka secara tidak langsung juga mempunyai dampak bagi para penontonnya. Para penonton tersebut biasanya adalah remaja wanita dimana pada usia tersebut masih terdapat jiwa untuk meniru sesuatu yang diidolakannya atau untuk memahami dan memberi makna akan situasi yang dilihatnya. Pemakaian produk-produk mewah dan terkenal dan pakaian yang dianggap stylish menjadikan remaja mengikuti pola tersebut. Hal ini terjadi karena jika mereka menjadi seperti apa yang ada di film tersebut maka mereka memiliki daya tarik yang lebih di bandingkan dengan orang lain. Keprecayaan diri remaja terutama pada perempuan dapat dilihat melalui penampilan dan bahkan penampilan dijadikan sesuatu yang prioritas bagu remaja.
          Dengan menyebarnya produk-produk kebudayaan popular di Amerika ke seluruh penjuru dunia yang dapat disebarkan melalui film seperti film The Devil Wears Prada akan mempunyai dampak yaitu masyarakat dunia merasa memiliki keseragaman di dalam selera mereka terhadap produk-produk kebudayaan popular di Amerika. Dengan bersama-sama menyukai produk kebudayaan popular Amerika, mereka bersama-sama melihat nilai-nilai budaya masyarakat Amerika yang ada dalam produk tersebut yaitu maju, praktis, dinamis, kuat, dan modern.


[1] Kosasih, Is Karyono. 2001. Tesis KFC sebagai produk kebudayaan Amerika. Program Studi Kajian Wilayah Amerika  Universitas Indonesia
[2] http://bahasfilmbareng.blogspot.com/search?updated-min=2008-01
01T00:00:00%2B07:00&updated-max=2009-01-01T00:00:00%2B07:00&max-results=7
Diunduh pada 16 Desember 2010. Pukul 11:06
[3] 4825072313 http://www.scribd.com/doc/33850445/Tugas-Uas-Sosiologi-Kebudayaan
Dinduh pada 16 Desmber 2010. Pukul 23.17
[4] Nuraini Juliastuti, Representasi, Newsletter KUNCI No. 4, Maret 2000, http://kunci.or.id/esai/nws/04/representasi.htm
[5] Yearry. Artikel : Film dan Representasi Budaya. 3 Januari 2009
[6] Galician, Mary-Lou. Handbook of prodct Placement in The Mass Media. Mumbai : First Jaico Imperssion. 2006. Halaman 21
[7] Ibid. Halaman 16
[8] stylish : bergaya atau bersolek (http://id.oldict.com/stylish/342/. 18 Desember, pukul 23:26)
[9] http://rihlah.wordpress.com/2007/05/10/marginalisasi-peran-agama-di-era-modern/
Diunduh pada 14 Desember 2010. Pukul 12:19
[10] Ibid
[11] Kalarensi Naibaho. Artikel. Film: Aset Budaya Bangsa Yang Harus di Lestarikan. 30 Maret 2009
[12] Kosasih, Is Karyono. 2001. Tesis KFC sebagai produk kebudayaan Amerika. Program Studi Kajian Wilayah Amerika  Universitas Indonesia
[13] Idem
[14] Ibid
Diunduh pada tanggal 19 Desember 2010. pukul 17 : 09
[16] Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2009. Teori Sosiologi. Yogyakarta. Kreasi Wacana (Hal 655)
[17] ibid
[18] ibid
[19] Tesis. Emma Meilani R.  Penyebaran Budaya Populer di Kalangan Remaja (Analisis Semiotik terhadap Artikel "Fashion Diva-Gaya Seleb" di Majalah Cosmogirl). Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar